Sabtu, 22 November 2014

Makalah Teori - Teori Konseling

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia Nya sehingga makalah yang berjudul “Teori – Teori Konseling” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dan dibuat sebagai salah satu pelengkap untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengubahan Tingkah Laku.
Makalah ini mencoba menjelaskan tentang teori – teori konseling. Setiap teori yang dibahas hal – hal yang berkaitan dengan hakikat manusia menurut setiap teori – teori, kondisi – kondisi bagi diterjadikannya konseling yang efektif.
Dengan disusunnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembaca atau dapat menambah inspirasi dalam melakukan layanan Bimbingan dan Konseling untuk membantu memecahkan masalah individu



DAFTAR ISI

                                                                                                                    
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB    I     PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
BAB    II   PEMBAHASAN
A. Definisi Konseling........................................................................................ 3
B. Teori-Teori Dalam Konseling........................................................................ 5
BAB    III  PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 29
B. Saran............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 31















BAB I
PENDAHULUAN

1)      Latar Belakang

Konseling merupakan sebuah penemuan abad ke 20  yang muncul berdasarkan atas tuntutan kompleksitas kehidupan masyarakat. Dalam proses perjalanan hidup, individu dapat mengalami peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang tidak mungkin dapat diatasinya. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi individu adalah membicarakannya dengan keluarga, teman, guru dan ahli agama. Namun, tidak semua orang yang dijadikan tempat berbagi dan diminta bantuan untuk mengatasi masalah individu dapat membantu menyelesaikannya sesuai dengan keinginan individu. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi masalah individu.
Di Indonesia, perkembangan profesi konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling telah diawali sejak tahun 1960-an. Bimbingan konseling masuk ke dalam kuriulum sekolah sejak tahun 1965 yang mencantumkan, bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan system pendidikan di sekolah.
Sejak konseling mulai diperkenalkan sebagai sebuah layanan dan pekerjaan, terdapat banyak sekali definisi dan konsep dasar konseling yang telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Burks dan Stefflre (1976), konseling merupakan hubungan professional antara konselor terlatih dan konseli. Konseling didesain untuk menolong konseli untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupaan, dan untuk membantu mencapai tujuan penetuan diri (self determination).
Dalam pemberian bimbingan konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling. Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori konseling.


2)      Rumusan Masalah

1.       Apakah pengertian, sifat dan fungsi teori dalam Bimbingan Konseling?
2.       Apa saja macam-macam teori Bimbingan Konseling?
3.       Bagaimana sejarah lahirnya teori-teori dalam Bimbingan Konseling?
4.       Apa konsep dasar dari teori-teori dalam Bimbingan Konseling
5.       Apa tujuan dari teori – teori Bimbingan dan Konseling?
6.       Apa peran dan fungsi konselor dalam melaksanakan teori – teori dalam Bimbingan Konseling
7.       Apa saja tekink – teknik dari masing – masing teori ?

3)      Tujuan

1.       Untuk menjelaskan pengertian,sifat dan fungsi teori dalam Bimbingan Konseling.
2.       Untuk menyebutkan macam-macam teori Bimbingan Konseling.
3.       Untuk menceritakan sejarah lahirnya teori - teori Bimbingan Konseling.
4.       Untuk menjelaskan konsep dasar teori – teori Bimbingan Konseling.
5.       Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing teori.
6.       Untuk menjelaskan peran dan fungsi konselor dalam melaksanakan teori – teori dalam Bimbingan Konseling
7.       Untuk menjelaskan tekink – teknik dari masing – masing teori   



BAB II
PEMBAHASAN

1)      Pengertian, Sifat, dan Fungsi Teori
Teori konseling ialah konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana  proses konseling berlangsung.Teori juga dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian; sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.
Teori yang baik adalah teori yang memiliki sifat jelas, komprehensif, parsimious atau dapat menjelaskan data secara sederhana dan jelas, serta dapat menghasilkan penelitian yang bermanfaat.
Teori memiliki beberapa fungsi, yaitu memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik, menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi sederhana, menyusun pengalaman-pengalaman sebelumnya, mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, dan memberi penjelasan.

2)      Macam – macam Teori di dalam Bimbingan Konseling
Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Ciri khas yang ditampilkan oleh beragam teori sangat dipengaruhi oleh kepribadian pembuatnya, kehidupan dan lingkungan sekitarnya, serta cara pandang pengarang dalam berfilsafat. Munculnya teori-teori dalam konseling sendiri bersamaan dengan awal munculnya Bimbingan Konseling yaitu pada abad ke 20.
Berikut ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling :

A.      Teori Psikoanalisis

a.       Pengertian Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
                Corey (2009) mengatakan bahwa Psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.

b.      Sejarah Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Frued pada tahun 1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran, sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang munculditengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketidaksadaran manusia.
                Istilah Psikoanalisis mula - mula hanya dipergunakan pada hal – hal yang berhubungan dengan Freud saja. Sampai akhir abad ke – 19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak. Sejak saat itu, Psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas.

c.       Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis memiliki cirri – cirri antara lain : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls – impuls genetic (instink), pengaruh energy libido, pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber – sumber ketidaksadaran tingkah laku
-          Struktur atau Organisasi Kepribadian
Frued memandang bahwa kepribadian manusia tersussun atas tiga system yang terpisah fungsinya anatara satu dan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga system itu dikenal sebagai id, ego, super ego.
v  Id : sistem dasar kepribadian --- libido yang meliputi instink – instink manusia : seks dan agresi. Prinsip →pemuasan diri
v  Ego : tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang siring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Ego menghubungkan individu dengan lingkungannya. Prinsip → realitas
v  Superego : control internal, terdiri dari ;
(a) Kata hati : apa yang seharusnya tidak dilakukan
(b) Ego ideal : apa yang seharusnya saya menjadi
Prinsip → moral dan kesmpurnaan

Beikut ini adalah table penjelasan tentang Id, ego, dan Superego :
ID
EGO
SUPEREGO
·      Sistem asli, asal muasal dari system yang lain
·      Berisi insting dan penyedia energy psikis untuk dapat beroperasinya system yang lain untuk dapat beroperasinya system yang lain
·      Hanya dunia dalam; tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif
·    Berkembang dari Id untuk menangani dunia eksternal.
·    Memperoleh energy dari Id
·    Memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun realitas obyektif
·      Berkembang dari Ego untuk berperan sebagai tangan – tangan moral kepribadia
·      Merupakan wujud internalisasi nilai – nilai orang tua
·      Dikelompokkan menjadi dua : conscience (yang menghukum tingkah laku yang salah ), dan Ego ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti Id,Ego, dan Superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas obyektif
·     Mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan bekerja dalam bentuk proses primer
·     Tujuannya tunggal yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit
·    Mengikuti prinsip realita (reality principle) dan bekerja dalam bentuk proses sekunder
·    Tujuannnya untuk membedakan antar fantasi dengan realita sehingga dapat memuaskan kebutuhan orgnisme. Harus dapat mengkoordinasikan kebutuhan Id, Superego dan dunia eksternal. Tujuan umumnya adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya (reproduksi).
·   Mengikuti prinsip conscience dan Ego ideal
·   Tujuannya membedakan antara benar dan salah  dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral dan memuaskan kebutuhan kesempurnaan
·     Mencari kepuasan insting segera
·   Menunda kepuasan insting sampai kepuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan Superego dan dunia eksternal
·   Menghambat kepuasan insting
Tidak rasional
Rasional
Tidak rasional
·     Beroperasi di daerah unconscious
·    Beroperasi di daerah conscious, preconscious dan unconscious
·   Beroperasi di daerah conscious, preconscious dan unconscious

d.      Tujuan Teori Psikoanalisis
Tujuan utama konseling dalam pola piker Psikoanalisis adalah membuat kesadaran (conscious) hal – hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak disadari. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman – pengalaman masa kecilnya di mana pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian klien dapat direkonstruksikan.

e.      Peran dan fungsi konselor dalam pelaksanaan Teori Psikoanalisis
Dalam melakukan praktek Psikoanalisis, seorang konselor akan bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali dalam memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien mudah memantulkan perasaannya kepada konselor.
Hal yang penting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resitensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi dirinya agar perasaan trauma, dan kegagalan tidak diketahui oleh konselor.

f.        Teknik – Teknik
Beberapa teknik – teknik konseling dalam teori Psikoanalisis adalah untuk membuka alam ketidaksadarannya,diantaranya :
(1)    Teknik analisis Kepribadian (Case Histories)
Pendekatan Dinamika penyembuhan gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitive (libido) terhadap Ego dan bagaimana Superego menahan dorongan tersebut.
(2)    Asosiasi Bebas
Adalah teknik yang member kebebasan pada klien untuk mengatakan apa saja perasaan, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya
(3)    Analisis mimpi
Yaitu teknik untuk membuka hal – hal yang tidak disadari dan member kesempatan pada klien untuk masalah – masalah yang belum terpecahkan
(4)    Analisis resistensi
Ditujukan untuk menyadari klien terhadap alas an – alas an terjadinya resitensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensinya
(5)    Analisis transferensi
Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kembali masa lalunya sehingga member pemahaman pada klien mengenai pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini.
(6)    Interpretasi
Interpretasi merupakan pengembangan dari teknik asosiasi beba. Pada saat melakukan interpretasi, konselor membantu konseli memahami peristiwa masa lalu dan sekarang.

B.      Teori Analisis Transaksional

a)      Pengertian Analisis Transaksional
Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)  merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

b)      Sejarah Analisis transaksional
Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (1910-!970) yang menyelesaikan spesialisasi psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di Tentara Amerika Serikat selama tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu, ia memulai praktik psikiatri di Carmel, Calfornia. Berdasarkan hasil observasinya terhdap konseli – konseli, Berne mebuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris pada pertengahan tahun 1950-an.

c)       Konsep Dasar Analisis Transaksional
Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi hidup.
Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.

d)      Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya adalah :
o   Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat
o   Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri
o   Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan
o   Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran

e)      Peran dan fungsi konselor
Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam Corey, 1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi  untuk mengatasinya (Corey,1986,p.159)
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan Goulding,1978 dalam Corey,1986,p.159)

f)       Teknik – Teknik Konseling
Teknik – teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik – teknik pendekatan Gestalt.
1)      Metode Didaktik (Didactic Methods)
Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari teori ini
2)      Kursi Kosong (Empty Chair)
Teknik ini merupakan adopsi dari teori Gestalt. Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. McNeel (1976) mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished business masa lalu (Corey,1986,p.164).
3)      Bermain peran (Role Playing)
Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk beringkah laku sesuai dengan apa yang akan di uji coba di dunia nyata.
4)      Penokohan Keluarga ( Family Modeling )
Family modeling adalah teori untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult atau constant child.
5)      Analisis Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime )
Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisi wakyu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time.

C.      Teori Behavioral
a.       Pengertian Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.

b.      Sejarah Behavioral
Perkembangan Behavioral diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis yang dominan. Teori ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu :
-          Trend I      : Clasical Conditioning → Tokohnya : Ivan Petrovich Pavlov
-          Trend II    : Operant Conditioning → Tokohnya : B. F. Skinner
-          Trend III   : Kognitif → Tokohnya : Albert Bandura


c.       Konsep Dasar Behavioral
Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

d.      Tujuan Konseling Behavioral
Menurut Corey (2003: 202  ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1.       Menciptakan kondisi baru pembelajar
2.       Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
3.       Meningkatkan personality choice

e.      Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.

f.        Teknik – Teknik Konseling
Lesmana (2005) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :

1.       Teknik – teknik Tingkah Laku Umum
-          Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus – menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi
-          Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit – unit kecil.
-          Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
2.       Teknik – teknik Spesifik
-          Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.
-          Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.
-          Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam waktu singkat.
-          Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam  secara berulang – ulang. Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang tanpa pemberian penguatan.

D.      Teori Rational-Emotive Behavior Therapy
a.       Pengertian Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.

b.      Sejarah Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Pada awalnya teori ini disebut Rational Therapy (RT), kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive (RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama Rational Emotive Therapy menjadi Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT).
Menurut Ellis, rasionalitas individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau pilihannya atau berdasarkan emosi dan perasaannya. Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dengan alas an bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.

c.       Konsep Dasar
-          Asumsi Dasar
Ellis mengatakan bahwa beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasiakn pada beberapa postulat, antara lain :
o   Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
o   Gangguan emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan
o   Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya
o   Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitifemosional dan tingkah laku. Individu sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain
o   Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut
o   Kejadian irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu
o   Sebagian beasr manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya
o   Ketika individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri

-          Proses Berpikir
Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah – masalah emosional adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah irrational belief yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu :
o   Demands ( tuntutan )
o   Awfulising
o   Low frustration tolerance (LFT)
o   Global evaluation of human worth

-          Teori ABC
Teori ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT), kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodsi perubahan dan hasil yang diinginkan tersebut. Selanjutnya ditambahkan G yang diletakkan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadian individu  :
G :
(goals) atau tujuan – tujuan, yaitu tujuan fundamental
A :
(activating events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan individu
B :
(beliefs) atau keyakinan baik rasional maupun irasional
C :
(consequences) atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku
D :
(disputing irrational belief) atau melakukan dispute pikiran irasional
E :
(effective new philosophy of life) atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif
F :
(further action/new feeling) atau aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang dikembangkan

Contoh episode emosional yang cenderung salah menginterpretasikan kejadian dan mengakibatkan masalah
A1
Activating event – apa yang terjadi
“Saya bertemu teman dijalan, tetapi ia tidak menyapa saya”
A2
Inferences about what happene
“Dia mengacuhkan saya, dia membenci saya”
B
Belief about A
“Saya tidak berharga sebagai teman, maka saya adalah orang yang tidak berharga”
C
Reaksi:
Emosi : depresi
Tingkah laku : menghindari orang – orang (Froggatt,2005,p.1)

d.      Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling dengan teori Rational-Emotive Behvior Therapy (REBT) adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) mengajarkan individu untuk mengoreksi kesalahan untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan serta mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri.

e.      Peran dan Fungsi Konselor
Peran konselor dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah :
-          Aktif – direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal konseling
-          Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
-          Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri
-          Secara terus menerus ‘menyerang” pemikiran irasional konseli
-          Mengjak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi
-          Bersifat didaktif

f.        Teknik – Teknik Konseling
Teknik konseling dengan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
o   Teknik kognitif
Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, Socratic dialoge, vicarious experiences, dan ekspresi verbal lainnya.
o   Teknik imageri
Strategi imaginal disputation melibatkan penggunaan imageri.setelah melakukan dispute secara verbal, konselor meminta konseli membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berbuat.
o   Teknik Behavioral
Behavioral dispute atau risk taking, yaitu member kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinan tersebut

E.       Teori Realitas
a.       Pengertian Teori Ralitas
Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.

b.      Sejarah Teori Realitas
Glasser menggunakan istilah reality therapy pada Aprl 1964 pada manuskrip yang berjudul Reality Therapy : A Realistic Approach the Young Offender.Tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 dengan judul Rality Therapy. Pada tahun 1968 Glasser mendirikan the Institute for Reality Therapy di Los Angeles.

c.       Konsep dasar Teori Realitas
Padadasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab),  Reality (kenyataan), Right (kebenaran).

d.      Tujuan Konseling
Layanan Konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menhadapi realitas.

e.      Peran dan fungsi Konselor
Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

f.        Teknik – Teknik Realitas
Adapun focus utama teknik realitas adalah mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilannya dalam hidup. Menurut corey (2009), teknik – teknik yang dapat dilakukan berupa :
§  Terlibat dalam permainan peran dengan klien
§  Menggunakan humor
§  Memfrontasikan klien dan menolak alas an apapun dari klien
§  Membantu klien merumuskan rencana tindakan secara spesifik
§  Bertindak sebagai guru/model
§  Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi
§  Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
§  Melibatkan diri dengan klien untuk mencari kehidupan yang lebih efektif

F.       Teori Eksistensial-Humanistik
a.       Pengertian Eksitensial-Humanistik
Teori Eksistensial-Humanistik pada hakikatnya mempercayai  bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Teori ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan seluas – luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun menanggung resioko bagi dirinya.

b.      Sejarah Eksistensial-Humanistik
Istilah eksistensialisme pertama kali digunakan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger (1976). Akar metodologi eksistensialisme ini berasal dari fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859-1938). Kierkegaard seorang pemikir Denmark merupakan filsuf Eksistensialisme yang terkenal abad 19 berpendapat bahwa manusia dapat menemukan arti hidup yang sesungguhnyajika ia menghubungkan dirinya sendiridengan sesuatu yang tidak terbatas dan merenungkan hidupnya untuk melakukan hal tersebut, walaupun dirinya memiliki keterbatasan untuk melakukan itu.*

c.       Konsep dasar Eksistensial-Humanistik
Pandangan eksistensial akan sifat manuisa ini sebagian dikontrol oleh pendapat bahwa signifikan dari keberadaan kita ini tidak pernah tetap, melainkan kita secara terus-menerusmengubah diri sendiri melalui proyek –proyek kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang membentuk diridan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.*

d.      Tujuan Eksistensial-Humanistik
§  Menyajikan kondisi – kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan
§  Menghpus penghambat – penghaambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri
§  Membantu klien agar bebas dan bertanggungjawab atas arah kehidupan sendiri**

e.      Peran dan Fungsi Konselor
Menurut Buhler dan Allen (dikutip dari Corey,2009), seorang ahli psikologi humanistis harus memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut :
-          Menyadari pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
-          Menyadari peran dan tanggung jawab konselor
-          Mengakui adanya hubungan timbal balik dalam hubungan konseling
-          Konselor harus terlibat sebagai pribadi yang menyeluruh dengan klien
-          Mengakui bahwa keputusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien
-          Memandang konselor sebagai model yang dapat menunjukkan pada klien potensi bagi tindakan yang kreatif dan positif
-          Memberi kebebasan pada klien serta meningkatkan kebebasan klien

f.        Teknik – Teknik Konseling
Tekinik – teknik yang digunakan dalam konseling Eksistensial-Humanistik, yaitu :
-          Penerimaan
-          Rasa hormat
-          Memahami
-          Menentramkan
-          Member dorongan
-          Pertanyaan terbatas
-          Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
-          Menunjukkan sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien
-          Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna. *

G.     Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)
a.       Pengertian Teori Berpusat pada klien ( Client-Centered)
Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive yaitu suatu meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan acual self (diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya)**

b.      Sejarah Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)
Teori person-centered dikembangkan oleh Dr. Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1940-an. Pada awal perkembangannya Carl roger menamakan non-directive counseling sebagai reaksi kontra terhadap teori psikoanalisis yang bersifat direktif tradisional.
Karena luasnya area aplikasi dan pengaruh teori ini terutama pada isu – isu kekuasaan dan politik, yaitu tentang bagaimana manusia mendapatkan, memiliki, membagi atau menyerahkan kekuasan dan control atas orang lain dan atas dirinya, makateori ini lebih dikenal sebagai teori yang berpusat pada manusia atau klien (Client-Centered)

c.       Konsep Dasar
Teori person-centered dibangun atas dua hipotesis dasar, yaitu :
(1)    Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupannya menjadi lebih baik
(2)    Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika konselor menciptakan kehangatan, penerimaan, dan dapat memahami relasi (proses konseling) yang sedang dibangun

d.      Tujuan Konseling
Konseling person centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya.

e.      Peran dan Fungsi  Konselor
Kemampuan konselor dalam membangun hubungan interpersonal dalam proses komunikasi konseling merupakan elemen kunci keberhasilan konseling. Dalam proses konseling, konselor berperan mempertahankan tiga kondisi inti yang menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan perkembangan konseli.

f.        Teknik – Teknik Konseling
Corey (1995) mengatakan bahwa konselor harus memperlihatkan berbagai keterampilan interpersoanal yang dibutuhkan dalam proses konseling. Keterampilan – keterampilan tersebut antara lain :
(1)      Mendengar Aktif
(2)      Mengulang kembali (Restating/Paraphrasing)
(3)      Memperjelas (Clarifyng)
(4)      Menyimpulkan (Summarizing)
(5)      Bertanya (Questioning)
(6)      Menginterpretasi (Interpreting)
(7)      Mengkonfrontasi (Confronting)
(8)      Merefleksikan Perasaan (Reflecting Feeling)
(9)      Memberikan dukungan (Supporting)
(10)  Berempati (Empathizing)
(11)  Menfasilitasi (Fcilitating)
(12)  Memulai (Initiating)
(13)  Menentukan Tujuan (Setting Goals)
(14)  Mengevaluasi (Evaluating)
(15)  Memberikan umpan balik (giving feedback)
(16)  Menjaga (protecting)
(17)  Mendekatkan diri (Disclosing Self)
(18)  Mencontoh Model (Modeling)
(19)  Mengakhiri (Terminating)

H.      Teori Gestalt
a.       Pengertian Teori gestalt
Teori gestalt adalah terapi eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan. Teori ini disebut juga experiental, di mana konseli merasakan apa yang mereka rasakan, pikirkan dan lakukan pada saat konseli berinteraksi dengan orang lain.

b.      Sejarah Teori Gestalt
Sejarah pendekatan gestalt diawali sejak tahun 1926 ketika perls mendapatkan gelar Medical Doctor (M.D.) pergi ke Frankfurt-am-Main dan menjadi assistant Kurt  Goldstein di the Institute for Brain Damaged Soldiers. Disinilah Perls bekerja sama dengan Prof. Goldstein dan Adhemar Gelb.
                Walaupun pada awalnya Perls adalah seorang psikoanalisis, ia mengkritik teori psikoanalisis Freud. Pertama, teori psikoanalisis bersifat mekanistik sedangkan Gestalt melihat manusia secara holostik.

c.       Konsep Dasar Pendekatan Gestalt
Sasaran utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Menurut buku M.A Subandi, kesadaran meliputi :
-          Kesadaran akan efektif apabila didasarkan pada dan disemangati oleh kebutuhan yang ada pada saat ini yang dirasakan oleh individu
-          Kesadaran tidak komplit tanpa pengertian langsung tentang kenyataan suatu situasi dan bagaimana seseorang berada di dalam situasi tersebut
-          Kesadaran selalu ada di sini dan saat ini.

d.      Tujuan Konseling
Tujuan Konseling gestalt adalah menciptakan eksperimen dengan konseli untuk membantu konseli ;
·         Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya. Kesadaran itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan diri, pengetahuan tentang lingkungan, tanggung jawab terhadap pilihannya
·         Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain
·         Memiliki kemampuan mengenali, menerima dan mengekspresikan perasaan, pikiran dan keyakinan dirinya.

e.      Peran dan Fungsi Konselor
Dalam proses konseling Gestalt, konselor memiliki peran dan fungsi yang unik, yaitu :
·         Konselor memfouskan pada perasaan, kesadaran, bahasa tubuh, hambatan energy, dan hambatan untuk mencapai kesadaran yang ada pada konseli
·         Konselor adalah artistic participant yang memiliki peranan dalam menciptakan hidup baru konseli
·         Konselor berperan sebagai projection screen
·         Konselor harus dapat membaca dan menginterpretasi bentuk – bentuk bahasa yang dilontarkan konseli

f.        Teknik – Teknik Konseling
Terdapat beberapa teknik – teknik yang dapat dilakukan adlah sebagai berikut ;
·         Kursi Kosong (Empty Chair)
·         Topdog versus Underdog
·         Membuat serial (Making the rounds)
·         Saya bertanggung jawab atas…
·         Bermain Proyeksi (Playing Projection)
·         Pembalikan (reversal Technique)
·         Latihan Gladiresik (The Rehearsal Experiment)
·         Latihan Melebih – lebihkan (the Exaggeration Experiment)
·         Tetap pada Perasaan (staying with feeling)
·         Bahasa “saya”

I.        Teori Elektik
a.       Pengertian Teori Elektik
Teori elektik juga dikenal sebagai konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena orientasi teori elektik adalah penggabungan teori – teori konseling dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan pada masing – masing teori – teori tersebut.
Menurut Latipun (2001), teori elektik adalah suatu teori yang berusaha menyelidiki berbagai system metode dan teori dengan tujuan untuk memahami dan menerapkannya dalam situasi konseling.

b.      Sejarah Teori elektik
Teori Elektik untuk pertama kalinya diperkenlkan oleh F.C. Thorne pada tahun 1940-an. Ketika itu Thorne menyumbangkan pemikirannya dengan menyelidiki semua metode konseling dan mengevaluasinya. Teori Elektik terus mengalami kemajuan bahkan setelah Thorne meninggal dunia 1978. Kemajuan elektik terlihat jelas ketika pada tahun 1970 lebih dari 50% anggota APA menggunakan teori elekti untuk menangani permasalahan kliennya (Latipun,2001). Di Indonesia sendiri, teori elektik menjadi pilihan utama yang diterapkan oleh konselor untuk membantu klien menangani masalah.

c.       Konsep Dasar
Elektik memandang kepribadian manusia sebagai bagian yang terintegrasi, bersifat psikologis, mengalami perubahan yang dinamis., aspek perkembangan yang dipengaruhi factor social budaya. Individu dipandang sebagai organisme yang mengalami integritas atau berada dalam perkembangan secara terus menerus.
Thorne (dikutip dari Latipun,2001) menyatakan bahwa tingkah laku manusia selau mengalami perubahan. Hal ini dinamakannya sebagai “hukum perubahan universal” di mana tingkah laku merupakan hasil dari :
·         Status organism namun tidak sstatis
·         Status situasi dalam perubahan lingkungan interpersonal
·         Situasi atau kondisi umum

d.      Peran dan Fungsi Konselor
Beberapa literature hanya menyebutkan bahwa peran dan fungsi konselor harus mengikuti peran dan fungsi konselor sesuai dengan konsep teori yang digunakannya dalam menangani kasus klien. Konselor dapat berperan secara bervariasi, seperti : konselor, psikiater,guru, kkonsultan, fasilitator, dan advisor.

e.      Tujuan Konseling
Sesuai dengan pemenuhan dasar yang ingin dicapai oleh individu, maka tujuan pendekatan elektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana klien dapat mengaktualisasikan diri sekaligus memperoleh integritas.
f.        Tahapan – tahapaan elektik
Tahapan yang di bawah ini adalah model tahapan konseling sistematik yang dirancang oleh Carkhuff (dikutip dari Latipun, 2001) yang dibagi dalam enam tahapan, yaitu :
1.       Tahap eksplorasi Masalah
2.       Tahap perumusan Masalah
3.       Tahap Perncanaan
4.       Tahap Tindakan/Komitmen
5.       Tahap Penilaian dan Umpan Balik


BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

                                                                                                                                          
                Berkembangnya teori – teori Bimbingan konseling serta Psikologi mendorong pengembangan teori – teori pendekatan klasik, sehingga muncullah berbagai teori konseling. Munculnya teori – teori dalam konseling dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada, kritik terhadap teori maupun pengembangan teori.
                Berdasarkan pendapat para ahli, pemahaman tentang teori – teori konseling sangat penting bagi konselor karena teori – teori konseling memberikan landasan pemahaman tentang proses konseling.



SARAN
(1)    Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu baik itu, para konselor maupun calon konselor dalam memahami kliennya.
(2)    Mampu membantu konselor dalam melaksanakan tugasnya.
(3)    Seorang konselor dan calon konselor seharusnya memahami teori-teori dan pendekatan-pendekatan dalam konseling.
(4)    Mudah-mudahan makalah ini bisa membatu para mahasiswa khususnya program studi bimbingan konseling dalam menambah perbendaharaan







DAFTAR PUSTAKA

Dra. Gantina Komalasari, Eka Wahyuni & Karsih (2011), Teori dan Teknik Konseling,PT.Indeks Pustaka, Jakarta
Dra.Seriwati Bukit,M.Psi (2014), Studi Kasus
Drs.H.Abu Bakar M.Luddin (2013), Model Pendekatan Konseling
Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc. (2011), Memahami Dasar – Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek, Kencana, Medan
Dr. Hamzah B.Uno,M.Pd (2005), Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,Bumi Aksara,Gorontalo
*sumber : http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/
** sumber :http://adhisusilokons.wordpress.com/2011/05/27/pendekatan-konseling-berpusat-pada-konseli-person-centered/

9 komentar:

  1. Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat sekali

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fay_ranius.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Terimakasih, ini sangat bermanfaat bagi saya seorang guru BK

    BalasHapus
  4. The 3-Star Titanium for sale online | titanium-arts.com
    Find many great stilletto titanium hammer new titanium chainmail & used options and get the best deals for The titanium tube 3 Star Titanium at The Titanium ford fiesta titanium Art titanium watch Store. Fast & Free shipping on many items.

    BalasHapus